Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Gunungkidul Gandeng Perguruan Tinggi untuk Kembangkan Desa ...

Atraksi kelompok jatilan dari Sanggar Bende Jawa di Dusun Doga, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Sabtu (16/3/2019). - Istimewa/Dokumen Sanggar Bende Jawa Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul melalui Dinas Pariwisata (Dispar) setempat terus mengembangkan dan mempromosikan Desa-desa Wisata. Pengembangan tersebut dilakukan secara kolaboratif, salah satunya dengan menggandeng Perguruan Tinggi.Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dispar Gunungkidul, Supriyanta mengatakan pengembangan Desa Wisata (DW) tidak dapat dilakukan sendiri. Dengan menggandeng berbagai pihak maka pengembangan tersebut lebih efektif dan efisien. “Pembangunan pariwisata Gunungkidul perporos pada pemberdayaan masyarakat. Inti Desa Wisata kan ada pada paket wisata. Di dalamnya saling bersinergi antara atraksi, kuliner, penginapan, dan lainnya,” kata Supriyanta ditemui di kantornya, Rabu (3/1/2024).Supriyanta menambahkan ada sejumlah Perguruan Tinggi yang sedang bekerja sama dengan Pemkab Gunungkidul. Program dalam kerja sama tersebut dilaksanakan salah satunya melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN).“Jadi mendesain di tempat KKN. Misal terkait pembuatan petas wisata, website, buku mengenai profil Desa Wisata,” katanya.Dia juga mengatakan usulan program pembinaan dapat dilakukan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) seperti pembangunan toilet berstandar internasional. Dana yang dipakai dapat menggunakan APBD melalui Dispar.“Dana Keistimewaan juga dapat dipakai tapi dengan rekomendasi dari kami. Pemkab Gunungkidul juga telah membangun enam gazebo di Desa Wisata. Itu dari APBD,” ucapnya.Sampai saat ini Kabupaten Gunungkidul telah memiliki 46 Desa Wisata. Setiap tahun, setidaknya ada dua kalurahan yang ditarget menjadi DW. Dia menjelaskan secara umum Desa-desa Wisata masih perlu meningkatkan promosi dan sinergi. Menurutnya, potensi unggulan dan paket wisata belum begitu dikenal masyarakat.BACA JUGA: Dongkrak PAD, Mulai Tahun Ini Retribusi Kawasan Pantai Gunungkidul Resmi NaikBACA JUGA: Punya Pemandangan Alam Luar Biasa, Kunjungan Wisata Embung Nglanggeran Justru AnjlokTerkait tata kelola atau manajemen, Supriyanta berharap ada pergantian peran dalam pengelolaan agar pemberdayaan masyarakat dapat tercapai. Pengelolaan DW tidak boleh terpusat pada satu-dua orang saja. Semua pihak yang terlibat perlu mengambil peran yang sama.Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran dan Kerja Sama Pariwisata Dispar Gunungkidul, Emy Nur Aini mengatakan terdapat beberapa promosi Desa Wisata yang telah jajarannya lakukan seperti pelatihan digital marketing sehingga masing-masing DW dapat secara mandiri mengelola sosial media.“Kami ada juga family trip dengan destinasi Desa Wisata untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan potensi dan paket wisata di Desa Wisata. Selain itu kami menjalin kolaborasi dengan sosmed Dispar DIY yaitu Visiting Jogja, Badan Otorita Borobudur, dan Kementrian Pariwisata untuk mengangkat potensi Desa Wisata,” kata Emy.Emy menambahkan kerja sama juga dilakukan dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten. Meski tidak ada perjanjian secara formal namun setiap event Gunungkidul selalu melibatkan PHRI.“Kebetulan untuk Gunungkidul hanya ada empat event dari Dispar. Sebenarnya kami mau kolab juga sama OPD lain. Hanya saja mereka belum siap tanggal nya. Jadi kami sementara gabung dulu dengan Dispar DIY,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News