Medan - Konon, Hotel Garuda Plaza dan Garuda Citra Hotel adalah dua hotel tua yang begitu jaya pada eranya. Kini, dua hotel itu tutup, dibiarkan terbengkalai.Dua hotelnya ini letaknya berdekatan, tak sampai 100 meter jaraknya. Setidaknya hingga dua tahun lalu, dua hotel ini masih beroperasi, meski terseok-seok dihantam pandemi COVID-19.Dua hotel ini ada di Jalan Sisingamangaraja. Letaknya tak jauh dari Masjid Raya Medan, Istana Maimun dan pusat kota. Letaknya yang strategis, membuat dua hotel ini selalu ramai. Kini, Garuda Plaza Hotel bak gedung tua terbengkalai yang tak lagi berpenghuni. Tak ada lagi aktivitas di sekitar gedung hotel.Padahal Garuda Plaza Hotel yang dibangun tahun 1958 ini dulunya begitu terkenal di Kota Medan, terlebih di kalangan pebisnis. Hotel ini tak pernah sepi acara, khususnya tiap akhir pekan.Masih dalam satu grup, Garuda Citra Hotel juga ikut tumbang tahun ini. Satu papan melintang berinfokan bahwa Hotel Garuda Citra Hotel per 1 April 2023 resmi berhenti beroperasi.Berdasarkan pantauan, atap teras hotel sudah mulai jebol dan tak terawat. Namun, di samping hotel ini tampak ada dua kantor yang masih menggunakan bagian dari bangunan hotel tersebut. "Udah tutup lama ini hotelnya, katanya karena udah sepi tak ada tamu lagi. Jadi dijual ini hotelnya," ungkap warga setempat.Saat dikonfirmasi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut Denny S Wardhana menyebutkan penutupan tersebut berdasarkan kebijakan dari pemilik hotel."Penutupan ini kebijakan dari pemilik hotel baik yang mau di-takeover ke pihak lain," sebut Denny.Diakui Denny, hotel-hotel Instagramable kini lebih diminati oleh kawula muda. Di samping estetik, juga banyak perang harga yang menjadi pilihan para tamu."Ya, memang saat ini hotel Instagramable semakin diminati oleh kaum muda, khususnya juga banyak yang budget murah. Hotel-hotel seperti ini masuk menjadi gaya hidup anak muda sekarang," kata Denny.Garuda Plaza Hotel yang kini tutup. Foto: Kartika Sari/detikSumutHal serupa juga disampaikan olehPengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menyebutkan bahwa penutupan banyak hotel tak terlepas dari evolusi para tamu hotel."Saat ini, banyak pengguna jasa hotel yang lebih memilih hotel dengan budget yang bersahabat, namun dengan fasilitas infrastruktur serta dukungan tampilan hotel yang representatif. Atau bahasa gaulnya itu Instagrammable. Kita ambil contoh sejumlah hotel kelas menengah (bintang tiga) yang ada di sekitar Jalan SM Raja Medan, dan kita ambil satu sampel hotel bintang tiga di Jalan Pattimura Medan," jelasnya.Gunawan menilai gaya hidup staycation hotel begitu jauh dibanding 10-15 tahun lalu. Saat ini gempuran media sosial begitu terasa untuk meningkatkan eksistensi hotel."Di situasi sekarang ini, media sosial bisa menjadi alat marketing gratisan yang bisa mendukung kinerja sebuah hotel. Ya walaupun ada sisi negatifnya, akan tetapi sebaiknya pihak manajemen hotel memanfaatkan peran media sosial tersebut sebagai senjata untuk memperbaiki kinerja," kata Gunawan.Terkait hal ini, ia melihat untuk hotel-hotel tua ataupun hotel kelas menengah harus mampu mengikuti selera pasar agar tak ditinggalkan konsumennya."Hotel kelas menengah di Kota Medan saat ini hanya memiliki dua pilihan. Upgrade atau downgrade ke level hotel low budget. Hotel yang cenderung tidak mengambil sikap berpeluang untuk ditinggalkan oleh konsumennya. Pada dasarnya pangsa pasar cukup tersedia untuk semua segmen. Terlebih segmen hotel kelas menengah ke bawah (low budget)," pungkasnya. Simak Video "Detik-detik Wanita Lempar Sandal-Berteriak saat Jokowi ke Acara Bobby" [Gambas:Video 20detik] (dpw/dpw)