Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Tingkat Hunian Kamar Hotel Diharapkan Pulih 2024

› Ekonomi›Tingkat Hunian Kamar Hotel... Pada Juli 2023, tiga provinsi yang mengalami tingkat penghunian kamar tertinggi pada hotel bintang dan nonbintang adalah Bali, Kalimantan Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. ERWIN EDHI PRASETYAWarga melintas di depan hotel berbintang di Solo, Jawa Tengah, Selasa (18/6/2019). Tingkat hunian hotel berbintang di Solo tidak terpengaruh kenaikan harga tiket pesawat. JAKARTA, KOMPAS  —  Tingkat penghunian kamar atau TPK hotel bintang secara nasional pada Juli 2023 mencapai 54,63 persen, naik 4,86 poin secara tahunan dan 0,90 poin secara bulanan. Ini berarti pemulihan okupansi kamar hotel semakin membaik.”Kami berharap, TPK hotel bintang secara nasional bisa pulih optimal tahun 2024,” ujar Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi B Sukamdani, Sabtu (9/9/2023), di Jakarta. Menurut dia, saat ini, level kenaikan okupansi kamar hotel di beberapa daerah masih berbeda. Di Surabaya, misalnya, dia menyebutkan bahwa TPK hingga sekarang rata-rata masih di bawah 50 persen.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TPK hotel bintang pada Juli 2019 mencapai 56,73 persen. Lalu, TPK hotel bintang pada Juli 2020 turun menjadi 28,07 persen. TPK hotel bintang pada Juli 2021 kembali turun menjadi 22,38 persen. Adapun TPK hotel bintang pada Juli 2022 mencapai 49,77 persen.TPK hotel nonbintang pada Juli 2023 mencapai 25,74 persen, naik 1,05 poin secara tahunan dan naik 1,16 poin secara bulanan.Pada Juli 2023, tiga provinsi yang mengalami TPK tertinggi pada hotel bintang dan nonbintang adalah Bali, Kalimantan Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Masing-masing mengalami TPK yang berkisar 25-65 persen.Sementara tiga provinsi yang mengalami TPK terendah pada hotel bintang dan nonbintang, yaitu Gorontalo, Papua, dan Aceh. TPK di ketiga provinsi ini berkisar 18-36 persen.Hariyadi menduga, daya beli masyarakat sebenarnya belum kembali seperti sebelum pandemi Covid-19. Ini berimbas ke aktivitas berwisata dan menginap di hotel.”Sepanjang tahun 2023 terdapat beberapa masa cuti bersama ataupun libur panjang, tetapi TPK masih lebih rendah dibanding 2019. Kondisi tingkat kunjungan di taman rekreasi pun relatif sama. Ini berarti terkonfirmasi daya beli masyarakat belum kembali seutuhnya,” kata Hariyadi.Baca juga: Investasi Hotel Baru Masih TerbatasMarketing Communications Manager Corporate Jambuluwuk Hotels and Resorts Martha Thomas, saat dihubungi terpisah, mengatakan, tingkat hunian di seluruh hotel dan resor Jambuluwuk sudah di atas 50 persen. Ada beberapa bulan di tahun 2023 yang tidak memperoleh okupansi yang penuh. Manajemen mengatasi permasalahan itu dengan menyebarkan promo-promo.”Terkait kondisi finansial perusahaan, kami belum bisa mengatakan telah membaik 100 persen. Kami sekarang masih bekerja keras mengembalikan kondisi dari masa pandemi Covid-19,” kata Martha.Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran berpendapat, maraknya pameran pariwisata atau travel fair membantu menggairahkan kunjungan wisatawan mancanegara ataupun pergerakan wisatawan nusantara. Hal seperti ini pada akhirnya akan membantu meningkatkan TPK hotel bintang ataupun nonbintang.Sebelum pandemi Covid-19, acara-acara korporat dan instansi pemerintahan membantu hotel ketika menghadapi bulan-bulan sepi tamu. Menurut dia, hal seperti itu masih efektif untuk mendorong TPK hotel cepat pulih.Baca juga: Cuti Bersama Lebaran 2023 Diubah Lebih Panjang Editor:MUHAMMAD FAJAR MARTA