Denpasar - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace, buka suara terkait Bali jadi destinasi yang sebaiknya tidak dikunjungi turis asing pada 2025 gegara overtourism atau pariwisata berlebihan. Ia membantah hal tersebut."Bali sesungguhnya tidak overtourism," ujar Cok Ace kepada detikBali, Jumat (22/11/2024).Cok Ace lantas membandingkan Bali dengan Singapura secara luas wilayah. Di mana Bali memiliki luas delapan kali luas Singapura yang tidak bisa serta merta dikatakan overtourism. ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT "Wisatawan hanya seperenamnya saja tidak ada. Sesungguhnya dari luas wilayah masih belum dapat dikatakan overtourism, hanya pengaturannya yang perlu ditingkatkan," lanjutnya.Mantan Wakil Gubernur Bali itu menjelaskan apa dasar dan tolok ukur Bali bisa disebut overtourism. Menurutnya, hingga saat ini belum pernah dibuat kajian carrying capacity atau data dukung kapasitas, baik dari sisi alam, manusia dan budaya Bali."Kalau pun ada beberapa spot yang macet, itu karena infrastrukturnya yang tidak memadai dan pemberian izin usaha yang tidak terkontrol dan sporadis," beber Cok Ace.Alhasil, dampaknya tidak hanya kemacetan, tetapi juga masalahan kenyamanan dan keamanan wisatawan. "Jadi jangan Bali yang dikatakan overtourism apalagi menganjurkan wisatawan tidak datang ke Bali, ini sangat berlebihan dan paradok," tegas tokoh Puri Ubud itu.Sebelumnya, Bali masuk dalam daftar destinasi yang disarankan tidak dikunjungi turis asing pada 2025 oleh Fodor's, penerbit paduan perjalanan Amerika Serikat (AS). Alasannya karena Bali mengalami pariwisata yang berlebihan atau overtourism."Pembangunan yang tidak terkendali dan didorong oleh pariwisata yang berlebihan telah melanggar habitat alami Bali, mengikis warisan lingkungan dan budaya, dan menciptakan 'kiamat plastik'," tulis Fodor's dalam dalam artikel berjudul 'Fifteen destinations to reconsider in 2025'. (nor/gsp)