(Baliekbis.com), Pertumbuhan industri pariwisata di Bali sekarang ini memasuki era 5.0 dengan fokus pada penggunaan teknologi canggih (digital). Pariwisata itu perlu kreatif bukan hanya aman saja. “Jadi kita harus bisa memanfaatkannya meski tantangan yang dihadapi tidak kecil, seperti akan ketergantungan pada teknologi yang harus canggih, privasi dan terjaga keamanan data (wisatawan),” ujar Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) pada acara Temu Wirasa PHRI Bali dengan tema “Membangun Pariwisata Bali yang Aman, Kreatif dan Berkelanjutan”, Rabu (4/12) di Kantor BI Perwakilan Bali. Temu Wirasa yang diikuti sekitar 350 peserta dari unsur pariwisata se Bali itu juga dihadiri Kadispar Bali Tjok. Bagus Pemayun dan Kepala BI Perwakilan Bali Erwin Soeriadimadja serta undangan lainnya. Cok Ace mengatakan teknologi yang canggih ini rentan masalah seperti pembobolan data (wisatawan) juga bagi Bali sebagai tempat berbagai event internasional. Karena itu perlu sistem perlindungan data pribadi dalam menghadapi transformasi industri pariwisata yang berbasis digital ini. Di sisi lain, Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023 itu mengingatkan pentingnya memahami UU Hak Cipta. Ini agar tak tersandung masalah hukum dalam memanfaatkan produk seni seperti lagu dan kesenian lainnya yang masuk hotel. Dikatakan perlu ruang-ruang khusus atau wadah/asosiasi seperti GIPI, PHRI, dll untuk membahas perkembangan saat ini. Terkait hal itu, Cok Ace berharap seluruh perusahaan yang bergerak di industri pariwisata wajib masuk asosiasi. “Saat ini banyak yang belum masuk di asosiasi. Jangan hanya menikmati keuntungan saja,” ujar Cok Ace. Sementara itu Kadispar Bali Tjok. Pemayun mengatakan digitalisasi di sektor pariwisata membuka peluang besar dalam meningkatkan pelayanan. Namun juga ada tantangan terkait perlindungan data pribadi. Kadispar menekankan semua pihak terkait agar komit mewujudkan pariwisata berkualitas. Perlu kreativitas agar bisa menampilkan produk lokal yang bernilai tinggi. Pemanfaatan produk lokal memberi makna strategis yang bukan saja bernilai ekonomi juga melestarikannya. Temu wirasa ini diharapkan juga bisa menjaga pariwisata dengan melibatkan masyarakat. “Jadi pariwisata bukan hanya sebagai sektor ekonomi tapi turut menjaga budaya dan alam. Sehingga bisa menuju masa depan lebih baik,” ungkap Tjok. Pemayun. (bas)