Harianjogja.com, BANTUL–Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bantul menilai Kabupaten Bantul memerlukan destinasi wisata buatan sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta memperpanjang lama tinggal wisatawan (length of stay). Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata (Dinpar) Bantul, hingga 30 November 2024 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bantul mencapai 2.117.031 orang.Kunjungan tersebut berhasil menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp26,9 miliar atau sekitar 55,01% dari target PAD tahun 2024 mencapai Rp49 miliar.Meski begitu, lama tinggal wisatawan di Bantul masih berada pada angka rata-rata 1,9 hari untuk wisatawan domestik, dan 2,4 hari untuk wisatawan mancanegara.Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra menilai kunjungan wisatawan yang baru dapat menyumbang sekitar 50 persen target PAD tersebut perlu didorong dengan inovasi destinasi wisata yang ada.Dia menilai destinasi wisata Bantul yang masih bertumpu pada destinasi wisata alam perlu diimbangi dengan inovasi destinasi wisata buatan.Karena, menurut Hendra, minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke destinasi wisata alam menurutnya mulai mengalami penurunan. Dia menilai Bantul memerlukan strategi promosi yang lebih inovatif serta pengembangan destinasi wisata baru, terutama destinasi wisata buatan. “Bantul saat ini seperti kehilangan daya tarik. Tidak ada gebrakan baru, promosi yang masif, atau event yang bisa menarik minat pengunjung,” katanya, Rabu (11/12/2024).BACA JUGA: Akhir Tahun Harga Cabai di Bantul Naik hingga Rp30.000 per KilogramHendra menilai selama ini Pemkab Bantul cenderung fokus mempromosikan potensi wisata yang ada di desa wisata.Hal itu terlihat pula dengan prestasi beberapa desa wisata yang ada di Bantul di kancah nasional. Namun, menurut Hendra, promosi tersebut kurang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.Menurut dia Pemkab Bantul masih kurang memberikan langkah nyata dalam memanfaatkan potensi wisata yang ada.Menurutnya, Pemkab Bantul perlu membuka peluang usaha dan menjalin kerja sama dengan investor untuk mengembangkan destinasi wisata buatan.“Lihat contoh di Gunungkidul dengan destinasi wisata buatan seperti Obelix Hills. Pada akhir pekan, kunjungannya bisa mencapai ribuan orang. Ini membuktikan bahwa destinasi wisata buatan memiliki daya tarik besar jika dikelola dengan baik,” ujarnya.Dia menilai lama tinggal wisatawan di Bantul tersebut juga dipengaruhi oleh pilihan akomodasi, restoran, dan destinasi wisata yang ada di Bantul masih terbatas. Keterbatasan tersebut membuat wisatawan tidak memiliki alasan untuk menghabiskan waktu lebih lama di Bantul.“Kita harus melihat segmen pasar yang ingin dituju dan menciptakan destinasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Misalnya, generasi muda yang cenderung mencari tempat piknik yang Instagrammable untuk diunggah di media sosial,” katanya.Menurutnya, dengan pengembangan destinasi wisata buatan dan melakukan promosi yang masif, maka kunjungan wisata dan lama tinggal wisatawan di Bantul dapat meningkat.Sedangkan Subkoordinator Kelompok Substansi Promosi Kepariwisataan Dinpar Kabupaten Bantul Markus Purnomo Adi mengaku pihaknya telah melakukan promosi destinasi wisata dan event wisata yang ada kepada beberapa organisasi pariwisata yang ada, baik di DIY maupun luar DIY. Meski begitu, dia mengaku lama tinggal wisatawan domestik di Bantul masih minim. “Harapannya ini [lama tinggal wisatawan] naik,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News