Mataram (Suara NTB) – Ni Ketut Wolini terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB untuk periode 2024-2029 pada Musyawarah Daerah (Musda) ke-VII, Rabu, 18 Desember 2024, di Mataram. Terpilihnya Wolini kembali ini datang di tengah tantangan pemulihan sektor pariwisata NTB pasca-pandemi COVID-19. Ketua Umum PHRI, Hariyadi BS Sukamdani, yang hadir dalam Musda, menekankan pentingnya kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan pariwisata untuk membangkitkan kembali sektor yang sempat terpuruk akibat pandemi. Ia berharap pengurus PHRI NTB yang terpilih dapat merancang program-program inovatif dan event-event besar untuk menarik wisatawan, bahkan melampaui angka kunjungan sebelum pandemi. “Memang tugas besar bagi Bu Wolini dan rekan-rekan di sektor pariwisata untuk berkolaborasi dalam menciptakan program, event, dan terobosan agar pariwisata di NTB tidak hanya pulih, tetapi bisa berkembang lebih pesat dari sebelum COVID-19,” ujarnya. NTB, lanjut Hariyadi, telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai, seperti bandara, pelabuhan, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Namun, tantangan utama adalah bagaimana menarik wisatawan untuk tinggal lebih lama di NTB. Oleh karena itu, penting agar sektor pariwisata NTB tidak hanya bergantung pada beberapa daerah saja, melainkan dapat berkembang secara merata di seluruh wilayah. “Jika program yang dihadirkan bagus, wisatawan akan lebih lama tinggal. NTB memiliki banyak potensi yang belum tergarap,” tambahnya. Sementara itu, Ketua PHRI NTB Ni Ketut Wolini menegaskan komitmennya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya memperpanjang lama tinggal mereka di NTB. Wolini mengidentifikasi beberapa tantangan yang harus dihadapi dan solusi yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu fokus utamanya adalah menyinkronkan program-program PHRI dengan kalender event yang disusun oleh pemerintah daerah. “PHRI harus terus bersinergi dengan pemerintah, stakeholder, dan organisasi pariwisata. Kerja sendiri tidak akan maksimal, karena tantangan besar untuk mendatangkan wisatawan. Kita harus menciptakan daya tarik agar wisatawan menginap lebih lama di NTB,” ujarnya. Ia juga memberi contoh Bali yang sukses menarik wisatawan untuk tinggal lebih lama berkat banyaknya event dan atraksi yang ditawarkan. Untuk mencapai hal yang sama di NTB, Wolini mendorong agar semua pihak terkait duduk bersama dan merumuskan strategi yang tepat. Selain itu, tantangan sektor pariwisata semakin kompleks dengan kebijakan pengurangan kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions), yang berdampak pada okupansi hotel. MICE, yang biasanya melibatkan wisatawan domestik, diharapkan dapat mendatangkan lebih banyak wisatawan. Oleh karena itu, Wolini menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi hal ini, antara lain menurunkan harga kamar hotel, meningkatkan promosi, serta terus memperbaiki destinasi wisata. “Menurunkan harga kamar hotel adalah solusi. Jika harga terlalu tinggi tetapi okupansi rendah, lebih baik menurunkan harga agar hotel tetap terisi,” jelasnya. (bul)